I. PENDAHULUAN
Dengan semakin ketatnya pemanfaatan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu dimana rotan termasuk didalamnya maka diperlukan pengawasan yang lebih intensif. Dari segi dunia usaha , bahan baku dan biaya biaya-biaya lain yang harus ditekan, antara lain pajak dalam rangka menekan biaya tentunya memerlukan pemikiran efisiensi bahan dan angkutan.Untuk menunjang kemampuan bersaing di bidang pemasaran, maka diperlukan adanya peningkatan pemahaman terhadap beberapa prinsip dasar antara lain :
1. Ketepatan kegunaan2. Pelayanan yang baik
3. Mutu yang mantap
4. Harga yang wajar
Unsur penunjang terhadap ketepatan kegunaan adalah pemahaman terhadap selera konsumen, kejelian memanfaatkan rotan menurut jenis/mutu dan kemampuan dalam menerapkan teknologi desain produk.
Pelayanan yang baik ditentukan antara lain kemampuan menyerahkan produk tepat waktu dan kontinyu sesuai perjanjian dan kemampuan memberikan jaminan kepercayaan bagi konsumen terhadap kemantapan mutu.
Mutu yang mantap ditentukan dengan kemampuan menilai pengaruh cacat terhadap daya kegunaan produk dan kemampuan menetapkan mutu secara tepat berdasarkan peraturan pengujian yang merupakan titik temu antara produsen dan konsumen.
Harga yang wajar ditentukan dengan penerimaan yang wajar dari setiap institusi sesuai dengan pengorbanan yang diberikan baik berupa barang dan jasa .
Dengan pemahaman pengenalan cacat maka dapat dipastikan bahwa keberhasilan pembinaan dan peningkatan mutu tidak terlepas dari ketrampilan menetapkan nilai dan pengaruh cacat terhadap daya guna dan hasil guna produk dalam pemanfaatannya oleh konsumen.
Dalam pengenalan cacat rotan lebih mendalam perlu dipelajari tentang penyebab cacat, variasi cacat, pencegahan cacat, nilai cacat dan pengaruh cacat.
Tujuan dari Pengenalan cacat rotan adalah peserta diharapkan mampu: menjelaskan cacat rotan mengidentifikasi, mengukur dan menilai cacat rotan
II. PENYEBAB CACAT ROTAN
A. Faktor Genetis
1. Batang tidak lurus
Pada umumnya batang rotan berbentuk silindris atau hampir silindris. Bila terjadi penyimpangan dari bentuk tersebut maka dinyatakan sebagai cacat.
Batang yang bentuk batangnya tidak silindris dapat berupa tidak silindri sepanjang badan, atau hanya pada sebagian atau pada beberapa ruas saja.
Contoh rotan yang bentuknya tidak silindris sepanjang batang adalah Rotan : Semambu, Tabu-tabu, Wilatung, Tanah dan Cemeti. Sedang yang tidak silindris dalam beberapa ruas adalah Rotan Mawi, Tarumpu dan Dahan.
2. Buku menonjol
Pada umumnya rotan yang tidak silindris mempunyai buku yang menonjol sehingga ukuran diameter tiap ruas sepanjang batang tidak sama. Selain itu terdapat jenis rotan yang bentuk bukunya agak menonjol adalah Rotan : Batang, Manuk, dan Ampar bungkus.
3. Ruas Pendek
Panjang ruas rotan sekitar 15 Cm atau lebih, bahkan ada yang mencapai 60 atau 100 Cm. Rotan yang mempunyai ruas kurang dari 15 Cm dikategorikan sebagai rotan yang cacat. Rotan tersebut meliputi Rotan : Batu, Tapah, dan Kooboo.
4. Kulit mudah mengelupas
Rotan mempunyai kulit yang cukup kuat dan keras apabila dipanen telah masak tebang, tetapi Rotan Umbulu mempunyai kulit yang mudah mengelupas
5. Ketebalan ruas yang berbeda
Ketebalan ruas semua rotan hampir berbeda, tetapi Rotan Irit dan Tohiti mempunyai ketebalan ruas yang perbedaanya menyolok.
6. Panjang ruas yang berbeda
Rotan yang panjang ruasnya tidak sama sepanjang batang adalah Rotan Irit, sedangkan rotan lainnya hampir sama.
B. Faktor Alami
1. Keriput
Rotan yang dipanen setelah masak tebang akan menghasilkan rotan yang elastis, cerah dan keras, tetapi rotan yang ditebang selagi masih muda akan menghasilkan rotan yang lunak dan keriput. Hal ini disebabkan pada rotan muda batang rotan belum terisi zat infiltrasi dan ekstraksi yang berfungsi sebagai penunjang keteguhan serat dan elastisitas
2. Ketemu buku
Cacat ketemu buku merupakan cacat yang spesifik dan justru mempunyai nilai dekoratif dan nilai jual yang cukup tinggi. Buku-buku yang berdempetan memberikan kesan bahwa ruas-ruas tidak ada. Penyebab terjadinya cacat ketemu buku ini diperkirakan karena adanya tekanan pada pertumbuhannya dan karena jumlahnya yang sedikit maka cacat ini banyak dicari.
C. Faktor Biologis
1. Salah warna
Penyebab salah warna yang utama adalah adanya serangan jamur biru ( blue stain ), yaitu dengan adanya perubahan warna dari warna aslinya menjadi kebiru-biruan dan jika dibiarkan akan menyerap air sehingga menyebabkan pelapukan atau rapuh/busuk.
2. Lubang gerek kecil
Lubang gerek kecil disebabkan karena serangan serangga Ambrosia beetle. Serangan ini mudah terjadi pada rotan yang masih segar, baik yang masih dalam bentuk tegakan atau setelah ditebang dalam tumpukan.
3. Mata pecah
Mata pecah adalah bentuk cacat yang disebabkan oleh serangan cacing ketika tanaman rotan masih hidup, dan ini merupakan ciri dari Rotan Manau
D. Faktor Mekanis
1. Parut buaya
Parut buaya nerupakan cacat yang disebabkan karena batang rotan yang terlalu lama ditekuk saat panen sampai mencapai kering udara. Parut buaya banyak terjadi pada rotan diameter kecil ( Sega dan Roti) dan juga Rotan Tohiti.
2. Hangus
Cacat hangus terjadi pada rotan yang mengalami penggorengan dalam rangka pengawetan dan pengeringan. Rotan diameter besar rata-rata memerlukan proses penggorengan, dan rotan diameter kecil yang biasa dilakukan penggorengan adalah Rotan Getah Putih dan Getah Merah. Penggorengan yang terlalu lama, atau yang kurang dibalik dapat menyebabkan hangus.
3. Kulit tergores
Kulit tergores dapat disebabkan karena terjadi pada saat proses penebangan dan penarikan batang, pembersihan yang kurang hati hati, penumpukan yang kasar.
4. Pecah buku
Pecah buku adalah pecah yang terjadi disekitar buku akibat kurang hati-hati dalam pembersihan atau perlakuan kikis buku.
Kikis buku tidak menjadi persyaratan dalam proses pengolahan, sebab beberapa konsumen untuk jenis rotan tertentu justru mengharapkan tidak dilakukan kikis buku agar jenis rotannya tetap dikenali dan juga memberi nilai dekoratif yang lebih tinggi.
5. Cacat ukuran
Cacat ukuran dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Bontos tidak siku
Bontos tidak siku disebabkan karena kesalahan dalam memotong bontos sehingga bentuknya tidak siku. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan dalam pengukuran panjang dan pengepakan.
b. Salah potong
Cacat salah potong disebabkan karena kesalahan memotong sehingga rotan mempunyai ukuran panjang kurang dari panjang bakunya.
Akibat salah potong dapat menyebabkan turunnya mutu, karena mutu rotan juga dibatasi dengan ukuran panjangnya.
III. VARIASI CACAT
Cacat rotan berdasarkan penyebaran dan kombinasi cacat yang ada dibedakan menjadi 4 variasi, yaitu :
1. Catat Tersebar
Cacat tersebar adalah cacat yang kadarnya kecil dan keberadaanya/eksistensinya sendiri-sendiri. Cacat ini dapat terdiri dari cacat-cacat ringan seperti :
a. Cacat salah warna
b. Cacat lubang gerek kecil,
c. Cacat kulit tergores,
d. Cacat mata pecah (khusus pada Rotan Manau),
e. Cacat hangus.
f. Cacat parut buaya( rotan diameter kecil dan Tohiti )
2. Cacat Mengelompok
Cacat yang berada dalam beberapa ruas dan terdiri dari bermacam-macam jenis cacat.
3. Cacat Menyeluruh
Cacat yang terdiri dari satu macam atau lebih jenis cacat yang tedapat pada seluruh ruas sepanjang batang.
4. Cacat Tidak Diperkenankan
Cacat yang tidak diperkenankan meliputi cacat keriput dan cacat rapuh/busuk.
IV. PENCEGAHAN CACAT
Untuk mencegah beberapa cacat yang diakibatkan oleh selain genetis dapat diupayakan dengan beberapa perlakukan.
A. Faktor Alami
1. Keriput
Pencegahan : Larangan pembelian rotan tebangan muda (prematur) dan tidak menebang rotan muda.
Penanggulangan : Rotan muda ditolak uji, dan pengusaha yang membeli rotan muda dikenakan sanksi.
2. Ketemu buku
Pencegahan : Karena jumlahnya yang sedikit dan cacat ini banyak dicari maka tidak perlu ada pencegahan.
Penanggulangan : Rotan ketemu buku digunakan sebagai bahan baku pembuatan perabotan dengan nilai dekoratif yang tinggi
B. Faktor Biologis
1. Salah warna
Pencegahan : Hindari penumpukan ditempat yang lembab, segera di keringkan/dijemur, diawetkan/fumigasi. Jika setelah ditebang rotan tidak dapat segera diangkut maka rotan sebelum kadar air berkurang segera direndam di sungai untuk menunggu pengangkutan.
Penanggulangan : Cacat warna menyebar dihilangkan dengan menggosok, sedangkan cacat warna mengelompok dan menyeluruh yang digoreng, dikeringkan, atau difumigasi dapat dikurangi daya efektifitas cacatnya.
2. Lubang gerek kecil
Pencegahan : Hindari penumpukan di tempat tebangan terlalu lama, segera bersihkan dari pelepah daun, kelopak batang, dan kotoran lainnya dan segera keringkan/diawetkan.
Penanggulangan : Rotan segera digoreng dan fumigasi agar serangga/kumbang yang ada didalamnya mati.
3. Mata pecah
Pencegahan : Serangan cacing pada tanaman rotan budidaya lebih mudah dilakukan penyemprotan dengan pestisida, tetapi untuk rotan dari hutan/alam yang tumbuh dilereng-lereng sulit untuk dicegah.
Penanggulangan : Tidak diperlukan perlakuan khusus, sebab cacing akan pergi/menghindar saat rotan ditebang.
C. Faktor Mekanis
1. Parut buaya
Pencegahan : Jangan biarkan rotan sampai kering udara, segera diluruskan, dan rotan segera dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
2. Hangus
Pencegahan : Lama penggorengan untuk setiap jenis rotan disesuaikan dengan lama optimal, jadwal penggorengan diletakkan disekitar tempat penggorengan, diperlukan ketrampilan tenaga penggoreng. Alat penggorengan memenuhi persyaratan, adanya penelitian komposisi minyak penggoreng, rotan dicuci terlebih dahulu.
Penanggulangan : Rotan gosong/ hangus tetap dinilai sebagai cacat dan nilainya sesuai dengan cacat yang melekat padanya.
3. Kulit tergores
Pencegahan : Pelatihan ketrampilan dan menyediaan peralatan bagi para pengumpul.
Penanggulangan : Diolah menjadi rotan kupas halus untuk meningkatkan nilai ( dekoratif ).
4. Pecah buku
Pencegahan : Pemberian ketrampilan bagi pengolah untuk menentukan perlu dilakukan kikis buku atau tidak.
Penganggulangan : Diolah menjadi rotan kupas/poles halus untuk meningkatkan nilai ( dekoratif ).
5. Cacat ukuran
Pencegahan : Pemberian ketrampilan, pengetahuan tentang standarisasi, dan pemberian peralatan yang memadahi bagi tenaga kerja di bidang pembagi batang.
Penanggulangan : Rotan salah potong mutunya tetap disesuaikan dengan ukuran yang telah ditentukan/standar.
IV. MACAM CACAT PER SORTIMEN DAN PENGUKURANNYA
Cacat yang mungkin terjadi untuk setiap sortimen/tingkat pengolahan berbeda-beda. Cara pengukuran cacat adalah sebagai berikut.
A. Rotan Asalan
Rotan asalan adalah batang rotan yang telah mengalami pembersihan dan peruntian, tetapi belum mengalami pencucian dan perlakukan pengolahan lebih lanjut.
Jenis cacat dan cara pengukuran yang mungkin terdapat saat pengujian adalah :
1. Cacat Ringan, terdiri dari alur kulit, lubang gerek kecil, kulit mengelupas, retak kulit, kulit tergores, parut buaya, dan jamur pewarna.
Pengukuran :
a. Cacat rotan yang termasuk cacat ringan masing-masing diukur panjangnya
b. Jumlahkan panjang masing-masing cacat yang telah diukur.
c. Persentase cacat ditetapkan dengan membandingkan panjang cacat dengan panjang rotan kali 100 prosen.
2. Cacat Berat, terdiri dari keriput, lapuk, kulit mengelupas, mata pecah, pecah, dan patah.
Pengukuran :
a. Cacat rotan yang termasuk cacat berat masing-masing diukur panjangnya
b. Jumlahkan panjang masing-masing cacat yang telah diukur.
c. Persentase cacat ditetapkan dengan membandingkan panjang cacat dengan panjang rotan kali 100 prosen.
3. Panjang ruas, panjang ruas diukur dengan satuan Cm penuh.
4. Pengukuran ketebalan ruas, dilakukan dengan menghitung perbedaan diameter ruas pangkal dan ruas ujung. ( khusus Rotan bulat Sega mutu utama)
5. Kesilindrisan, dipersyaratkan untuk rotan kupasan. Perbedaan diameter terkecil dengan terbesar dalam prosentase.
6. Kekerasan/elastisitas, diukur dengan membengkokan salah satu ruasnya. Jika dibengkokkan rotan tidak retak, maka dikatakan rotan elastis, dan jika dibengkokkan retak maka dikategorikan rotan setengan elastis, dan jika dibengkokkan patah maka rotan masuk kategori lunak.
7. Kecerahan diukur secara okuler, rotan dikatakan cerah apabila rotan mampu memantulkan cahaya dan jika tidak memantulkan maka dikategorikan sebagai rotan tidak cerah.
B. Rotan Bulat
Rotan bulat adalah batangan rotan yang telah dibersihkan dan sudah mengalami proses pencucian dan pengawetan dengan asap belerang ( Washed & Sulfurized ) yang disebut Rotan Bulat W & S.
Jenis cacat dan cara pengukuran yang mungkin terdapat saat pengujian adalah :
1. Cacat Ringan, terdiri dari salah warna, lubang gerek kecil, serat terlepas, parut buaya, kulit mengelupas, pecah kulit, bekas mata pecah, gosong, kulit tergores, cerah tidak merata.
2. Cacat Berat, terdiri dari mata pecah, keriput, pecah ujung, pecah tengah, pecah buku, alur kulit busuk, lapuk, patah, kulit mengelupas (selain R. Umbulu) , bontos tidak siku.
Cara pengukuran sama dengan dalam pengukuran Rotan Asalan.
C. Rotan Iratan Kulit
Rotan iratan kulit adalah hasil proses pengiratan rotan bagian kulit berbentuk pipih dengan tebal dan panjang tertentu.
Jenis cacat dan cara pengukuran yang mungkin terdapat saat pengujian adalah :
1. Bercak/ Noda Warna
- Ukur panjang bagian cacat yang disebabkan oleh noda warna abu-abu, hitam, atau coklat.
- Bandingkan jumlah panjang bagian cacat dari contoh uji dengan panjang contoh uji dikalikan 100 prosen.
2. Saluran Penggerek
- Ukur panjang bagian cacat yang disebabkan oleh serangga penggerek.
- Bandingkan jumlah panjang bagian cacat dari contoh uji dengan panjang contoh uji dikalikan 100 prosen
3. Lubang serangan bubuk
- Amati ada tidaknya lubang serangan bubuk.
4. Panjang Ruas
- Ukur panjang ruas dalam satuan Cm minimal 3 ruas. Rata-ratakan hasilnya.
D. Rotan Iratan Hati Berbentuk Bulat
Rotan iratan hati berbentuk bulat adalah hasil proses iratan rotan bagian hati berbentuk bulat dengan garis tengah dan panjang tertentu.
Cara menilaian cacat pada rotan iratan hati berbentuk bulat sama dengan penilaian pada rotan iratan kulit.
Bogor, Nopember 2005
Daftar Pustaka
1. Alex Koamesakh, Pengenalan Cacat Rotan Indonesia, 1988
2. Alex Koamesakh, Pedoman Pelaksanaan Pengujian Rotan Indonesia, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar