Selamat Datang Blogkami jangan lupa isi buku tamu,tukeran link dan berikan komentar

Kayu lapis bermuka cat

KAYU LAPIS BERMUKA CAT
I. PENDAHULUAN
A.. Latar Belakang
Industri kayu merupakan industri kehutanan yang penting dalam rangka pemanfaatan sumberdaya hutan. Nilai ekspor produk kayu pada tahun 2007 sebesar US $ 5.839 juta atau 50,09% dari nilai ekspor hasil pertanian dan kehutanan atau 11,27% dari seluruh nilai ekspor (Djumarman, 2007). Industri kayu penghasil devisa tersebut antara lain kayu lapis, kayu olahan, pulp, komponen mebel, mebel dan produk kayu lapis bermuka cat.
Beberapa kebijakan pemerintah telah mendorong perkembangan industri kayu dan produk kayu lapis bermuka cat. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa mulai tahun 1985 ekspor kayu bundar dilarang, sehingga ekspor kayu lapis, kayu gergajian dan produk kayu lapis bermuka cat meningkat cukup pesat. Pada tahun 1989 keluar peraturan mengenai kenaikan pajak ekspor kayu gergajian sehingga mulai tahun 1990 ekspor kayu gergajian turun sekali tetapi ekspor kayu olahan dan produk kayu lapis bermuka cat terus meningkat.
Disamping terjadi peningkatan jumlah industri juga terjadi peningkatan keragaman (diversifikasi) produk industri baik secara horizontal maupun vertikal atau pengolahan yang lebih hilir (Sutigno, 2001). Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa semula produk kayu lapis bermuka cat belum berkembang di Indonesia, kini produk tersebut telah berkembang dan telah di ekspor. Dalam hal bentuk kayu lapis bermuka cat dapat bervariasi baik ukuran maupun ketebalan (Bharata, 2007).
Dalam rangka pengendalian mutu dan pemasaran produk kayu lapis bermuka cat diperlukan antara lain standar mutu produk kayu lapis bermuka cat yang bersangkutan. Umumnya standar mutu yang digunakan adalah standar dari negara pembeli misalnya Jepang (Japanese Agriculture Standard atau JAS dan Japanese Industrial Standard atau JIS). Terdapat perbedaan proses pengecatan kayu dengan pengecatan kayu lapis bermuka cat. Pengecatan kayu dilakukan dengan cara dilabur dengan kwas atau disemprot dengan alat penyemprot sedangkan pada kayu lapis bermuka cat pengecatannya dilakukan dengan memasukkan kayu lapis ke dalam mesin rol. Selama ini kayu lapis bermuka cat menggunakan jenis cat yang aman bagi pengguna (Anonim, 2007). Perlu dikemukakan bahwa salah satu kebijakan pemerintah adalah membuat Standar Nasional Indonesia sebagai bagian dari sistem Standardisasi Nasional yang dikoordinir oleh Badan Standardisasi Nasional. Standar Mutu produk kayu yang belum ada SNI-nya antara lain kayu lapis bermuka cat.

B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan penelitian ini adalah membuat konsep Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang kayu lapis bermuka cat. Sasarannya adalah tersedianya konsep Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang kayu lapis bermuka cat.

C. Luaran
Konsep Standar Nasional Indonesia tentang kayu lapis bermuka cat.

D. Hasil yang Telah Dicapai Tahun Sebelumnya
Pada tahun 2005 telah disusun konsep Standar Nasional Indonesia tentang bare core, tahun 2006 telah disusun konsep Standar Nasional Indonesia tentang papan gipsum dan tahun 2007 telah disusun konsep Standar Nasional Indonesia tentang bambu lamina.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Kayu lapis adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun persilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat minimal tiga lapis (Anonim, 2002). Kayu lapis indah adalah jenis kayu lapis yang permukaannya diberi lapisan venir kayu indah yang diperoleh dengan cara penyayatan atau pengupasan (Anonim, 2000). Sedangkan kayu lapis bermuka cat menurut Sulastiningsih, Sutigno dan Iskandar (2007) adalah kayu lapis penggunaan umum yang diolah kembali permukaannya dengan diberi lapisan cat. Penggunaan kayu lapis bermuka cat antara lain untuk langit-langit rumah, papan tulis putih, meja belajar, meja komputer, lemari pakaian, lemari mainan, penyekat dinding, kotak obat dan mainan anak-anak (Sulastiningsih, Sutigno dan Iskandar, 2007).
Kayu lapis bermuka cat menurut Kliwon (2006) adalah kayu lapis penggunaan umum yang lapisan luarnya diberi lapisan cat. Pemberian lapisan cat ada yang satu permukaan saja ada pula kedua permukaannya yaitu lapisan muka dan belakang kayu lapis diberi lapisan cat.
Menurut Anonim (2006) kayu lapis bermuka cat disebut kayu lapis spesial (Specialty Plywood). Kayu lapis spesial adalah produk kayu lapis sekunder yang pada lapisan muka atau belakang dilapisi cat. Menurut Iskandar dan Kliwon (2007) kayu lapis dibedakan menjadi kayu lapis penggunaan umum, kayu lapis indah yang dilapisi dengan venir bercorak indah atau dilapisi kertas bercorak indah. Kayu lapis bermuka film dan kayu lapis bermuka cat.
Selanjutnya Iskandar dan Kliwon (2007) mengemukakan kayu lapis bermuka cat dapat digunakan untuk langit-langit (flapon), lapisan pintu, lemari, meja, kabinet radio, kabinet televisi, kabinet mesin jahit, gitar, mainan anak dan papan tulis.
Menurut Pangestu (2007) yang melakukan pengujian kayu lapis bermuka cat hasilnya sebagai berikut : panjang 244 cm, lebar 122 cm, tebal 3 mm, diagonal 272,8 cm, kadar air 11,5 %, tidak ada yang mengelupas (delaminasi) dan tidak ada yang melepuh, pecah maupun pelunakan.
Menurut Anonim (2008) pabrik yang memproduksi kayu lapis bermuka cat di Indonesia yang masih di produksi ada tiga pabrik yaitu PT Kayu Lapis Indonesia, Semarang. Kapasitas produksinya 25.000 m3 setiap tahunnya. Persyaratan yang dipakai untuk penetapan mutu menggunakan Standar Jepang. PT. Satya Raya Indah Wood Based Panel, Anyer Kapasitas produksinya 15.000 m3 setiap tahunnya. Persyaratan yang di pakai untuk penetapan mutu menggunakan Standar Jepang dan PT Perpekta Nusa Tangerang. Kapasitas produksinya 17.500 m3 setiap tahunnya. Persyaratan yang dipakai untuk penetapan mutu menggunakan Standar pembeli dari Jepang.
III. METODOLOGI
A. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan terdiri dari pengumpulan data dan informasi di pabrik kayu lapis bermuka cat yang berlokasi di Semarang Jawa Tengah dan Tangerang, Anyer Banten. Kegiatan di laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan berupa pembuatan contoh uji dan pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer.

B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu lapis bermuka cat, asam asetat, natrium karbonat, thinner. Sedangkan alat yang digunakan adalah meteran, kaliper, timbangan, oven, gergaji mesin dan penangas.

C. Prosedur Kerja
1. Di lapangan
a. Mengumpulkan data pabrik kayu lapis bermuka cat yang dijadikan sampel meliputi skala / kapasitas produksi dan lain-lain.
b. Mempelajari proses produksi kayu lapis bermuka cat pada beberapa pabrik di Tangerang, Anyer, Banten, Semarang Jawa Tengah.
c. Mempelajari spefisikasi dan pengujian produk kayu lapis bermuka cat.
d. Pengambilan contoh produk kayu lapis bermuka cat buatan pabrik untuk bahan penelitian dan pengujian sebanyak 5 lembar .
e. Pengujian visual meliputi panjang, lebar, tebal, diagonal dan mutu penampilan

2. Di laboratorium
a. Membuat contoh uji produk kayu lapis bermuka cat sebanyak 5 lembar dibuat potongan uji sebanyak 5 buah berukuran 30 cm x 30 cm. Pola pengambilan potongan uji sebagai berikut :

Gambar 1. Pola pengambilan potongan uji kayu lapis bermuka cat

b. Melakukan pengujian sifat produk kayu lapis bermuka cat, yaitu meliputi kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer. Untuk masing-masing sifat yang diuji menggunakan lima ulangan.
Selanjutnya menurut Anonim (2006), cara pengujian kadar air, delaminasi, uji ketahanan terhadap asam, uji ketahanan terhadap basa dan uji ketahanan terhadap pengencer (thinner) adalah sebagai berikut :
a. Pengujian kadar air
- Contoh uji ditimbang, untuk mengetahui berat awal;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (103 + 2) oC;
- Contoh uji ditimbang kembali kemudian dikeringkan dalam oven sampai beratnya tetap (berat kering mutlak).
Kadar air contoh uji dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
- Ba adalah berat awal contoh uji (gram);
- Bk adalah berat kering mutlak contoh uji (gram).
b. Pengujian delaminasi
- Contoh uji direndam dalam air panas pada suhu (70 + 3) oC selama 2 jam;
- Contoh uji dikeringkan dalam oven pada suhu (60 + 3) oC selama 3 jam;
- Contoh uji diberikan dan diukur panjang bagian yang mengelupas.
c. Pengujian ketahanan terhadap asam
- Contoh uji diletakkan mendatar, kemudian ditetesi larutan asam asetat 5%;
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam di ruangan;
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan pelunakan.
d. Pengujian ketahanan terhadap basa
- Contoh uji diletakkan mendatar, kemudian ditetesi larutan natrium karbonat 1%;
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam di ruangan;
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan pelunakan.
e. Pengujian ketahanan terhadap pengencer (thinner)
- Contoh uji diletakkan mendatar, kemudian ditetesi larutan pengencer/thinner;
- Contoh uji ditutup rapat dengan cawan gelas arloji selama + 6 jam;
- Contoh uji dicuci dengan air dan dibiarkan selama + 24 jam di ruangan;
- Contoh uji diamati, apakah ada tanda delaminasi, melepuh, pecah dan pelunakan.

D. Analisis Data
Data pengujian mutu, dimensi, kadar air, uji delaminasi, uji ketahanan terhadap asam, uji ketahanan terhadap basa, dan uji ketahanan terhadap pengencer (thinner) kayu lapis bermuka cat dihitung rata-ratanya kemudian dibandingkan dengan standar Jepang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengujian mutu penampilan, tebal, panjang, lebar dan diagonal kayu lapis bermuka cat tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian visual kayu lapis bermuka cat
No. Sifat Yang Diuji Ulangan Nilai Rata-rata
1 Mutu Penampilan 5 A
2 Tebal (mm) 5 3.0
3 Panjang (mm) 5 2.440
4 Lebar (mm) 5 1.220
5 Diagonal (mm) 5 2.728

Hasil pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer kayu lapis bermuka cat tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, basa dan pengencer kayu lapis bermuka cat
No. Sifat Yang Diuji Ulangan Nilai Rata-rata

(1) (2) (3) (4)
1 Kadar Air (%) 5 11.70
2 Delaminasi (mm) 5 0
3 Ketahanan terhadap asam 5 Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
4 Ketahanan terhadap basa 5 Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
5 Ketahanan terhadap pengencer 5 Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan

Hasil pengujian mutu penampilan, tebal, panjang, lebar, diagonal, kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa, dan ketahanan terhadap pengencer kayu lapis bermuka cat menurut tiga pabrik tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian kayu lapis bermuka cat menurut tiga pabrik.
No. Sifat yang Diuji Pabrik
Aa) Bb) Cc)
1 Mutu pnampilan A A A
2 Tebal (mm) 3,1 3,0 3,0
3 Panjang (mm) 2.440 2.441 2.440
4 Lebar (mm) 1.220 1.221 1.220
5 Diagonal (mm) 2.728 2.729 2.728
6 Kadar Air (%) 10.55 10.98 11.57
7 Delaminasi (mm) 0 0 0,5
8 Ketahanan terhadap asam Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
9 Ketahanan terhadap basa Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan
10 Ketahanan terhadap pengencer Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan Tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan

Keterangan :
A = PT. Perpeka Nusa; B = PT. Satya Raya Indah Wood Industries; C = PT. Kayu Lapis Indonesia; a) Sumber: Taufik (2007); b) Sumber : Darman (2008); c) Sumber : Suharja (2008).

B. Pembahasan
Berdasarkan nilai pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa mutu penampilan kayu lapis bermuka cat yang diuji termasuk mutu A menurut standar pembeli dari Jepang, karena tidak ada cacat pada permukaan kayu lapis bermuka cat seperti goresan, perubahan warna dan kotoran yang menempel. Nilai tebal rata-rata 3.0 mm, panjang 2.440 mm, lebar 1.220 mm dan diagonal 2.728 mm. Nilai tersebut bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang, memenuhi persyaratan standar karena toleransi untuk tebal + 0.2 mm, panjang + 2 mm, lebar + 3 mm dan diagonal selisih dua diagonal tidak lebih dari 25 mm dari diagonal terpendek. Nilai ini bila dibandingkan dengan hasil pengujian kayu lapis bermuka cat yang dilakukan oleh Taufik (2007), Darman (2008) dan Suharja (2008) hasilnya hampir sama dan sama-sama memenuhi syarat standar pembeli dari Jepang (Tabel 3).
Berdasarkan hasil pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadapa pengencer kayu lapis bermuka cat yang tercantum pada Tabel 2 nilai rata-rata kadar air 11.70%, delaminasi 0 mm, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer hasil pengujian ketiga sifat tersebut adalah tidak ada yang mengelupas, melepuh pecah dan pelunakan. Hasil pengujian pada Tabel 2 tersebut bila dibandingkan dengan standar pembeli dari Jepang semuanya memenuhi syarat karena kadar air tidak lebih dari 14%, delaminasi kurang dari 25 mm, pengujian ketahanan terhadap asam, basa dan pengencer memenuhi syarat karena tidak ada yang mengelupas, melepuh, pecah dan pelunakan. Menurut Taufik (2007), Darman (2008) dan Suharja (2008) yang menguji kelima sifat kayu lapis bermuka cat yang tercantum pada Tabel 2, hasilnya tidak jauh beda dan sama-sama memenuhi syarat pembeli dari Jepang (Tabel 3).
Berdasarkan data tersebut telah disusun konsep SNI kayu lapis bermuka cat seperti pada lampiran 2. Konsep SNI ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan LHP ini.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengujian mutu penampilan termasuk mutu A.
2. Pengujian tebal, panjang, lebar dan diagonal memenuhi syarat standar pembeli dari Jepang.
3. Pengujian kadar air, delaminasi, ketahanan terhadap asam, ketahanan terhadap basa dan ketahanan terhadap pengencer memenuhi syarat standar pembeli dari Jepang.

B. Saran
Penelitian kayu lapis bermuka cat perlu dilanjutkan untuk menyempurnakan konsep Standar Nasional Indonesia tentang kayu lapis bermuka cat.
Konsep SNI kayu lapis bermuka cat dapat diusulkan melalui Pusltanling Setjen Dephut untuk diproses menjadi SNI.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Kayu Lapis Indah dan Papan Blok Indah. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2025-2000. Jakarta.

. 2002. Kayu Lapis Penggunaan Umum. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2027-2002. Jakarta.

. 2006. Japanese Agricultural Standard for Specialty Plywood. The Japan Plywood Inspection Corporation, Tokyo

______. 2007. Penulisan Standar Nasional Indonesia. Pedoman Standardisasi Nasional. PSN 08:2007. Jakarta.

. 2007. Cara Pengecatan pada Kayu Lapis. PT. Perfecta Nusa, Jakarta.

. 2008. Daftar Industri Kayu Lapis. Asosiasi Produsen Panel Kayu Indonesia, Jakarta.

Bharata. 2007. Mematri, Merekat, Menyusutkan dan Mengempa. Karya Aksara. Jakarta.

Darman. 2008. Kayu Lapis Bermuka Cat. PT. Satya Raya Indah Wood Industries (PT. SRIWI), Anyer Serang.

Djumarman. 2008. Upaya mendorong peranan kayu karet dalam rangka peningkatan devisa. Lokakarya Pengembangan Kayu Karet. Departemen Pertanian, Jakarta.

Iskandar, M. I. dan S. Kliwon. 2007. Proses Produksi Kayu Lapis. Diktat Pelatihan Verifikasi Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Kliwon. S. 2006. Proses Pembuatan Kayu Lapis. Diktat Pelatihan Penguji Kayu Lapis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Pangestu. F. 2007. Hasil Pengujian kayu Lapis Bermuka Cat. PT White Rose Papan Indah, Bekasi.

Sulastiningsih, I.M, P. Sutigno dan M.I. Iskandar. 2007. Proses Pembuatan Kayu Lapis. Diktat Pelatihan Penguji Kayu Lapis Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasi Hutan, Bogor.

Suharja. 2008. Pengujian Kayu Lapis Bermuka Cat. PT. Kayu Lapis Indonesia, Semarang.

Sutigno, P. 2001. Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Buletin Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Taufik. 2007. Hasil Uji Kayu Lapis, Papan Blok dan Kayu Lapis yang Dilapisi Cat. PT. Perpekta Nusa, Tangerang.

1 komentar:

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
    Terjangkau
    Cost saving
    Solusi
    Penawaran spesial
    Hemat biaya Energi dan listrik
    Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut


    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management
    OUR SERVICE
    1.
    Coagulan, nutrisi dan bakteri
    Flokulan
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Garment wash
    Eco Loundry
    Paper Chemical
    Textile Chemical
    Degreaser & Floor Cleaner Plant

    2.
    Oli industri
    Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    3.
    Other Chemical
    RO Chemical
    Hand sanitizer
    Disinfectant
    Evaporator
    Oli Grease
    Karung
    Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
    Zinc oxide
    Thinner
    Macam 2 lem
    Alat-alat listrik
    Packaging
    Pallet
    CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
    Almunium

    BalasHapus